Menikmati kopi luwak kini tak harus memelihara luwak di Kebun Kopi. sebuah inovasi ini dikembangkan kelompok petani kopi Gunung Argopuro Desa Baderan Situbondo, Senin Pagi.

Bermodalkan tabung paralon besar mereka Memfermentasi Kopi secara alami hingga menghasilkan Kopi Bubuk yang rasanya tidak kalah dengan Kopi Luwak yang Masam dan Bercita rasa khas. Dalam sekali produksi produktivitasnya pun setara memelihara 7500 Ekor Luwak. Harganya pun menjadi setara dengan Kopi Luwak dipasaran.

Sepintas tak ada yang istimewa dari Panen Kopi para Petani Desa Baderan Kecamatan Sumbermalang Situbondo ini. Biji Kopi hasil panen dari lereng Gunung Argopuro ini disortir untuk memilah kopi yang benar benar sudah merah.

Biji Biji Kopi inilah ternyata yang akan menjadi Kopi Luwak tanpa perlu memelihara Luwak di kebun. Inovasi ini mereka dapatkan dari seorang Profesor Pertanian asal Universitas Hasanudin yang menemukan alat Fermentasi kopi bernama Ohmic.

Kopi yang sudah terpisah dari kulitnya ini lalu dimasukkan dalam tabung Fermentasi Mesin Ohmic. Dalam waktu 24 Jam dibiarkan dengan kondisi tertutup rapat dengan pengendalian kondisi lingkungan dalam tabung menggunakan peralatan mekanik.

Dalam 24 Jam ini Biji Kopi terfermentasi layaknya berada dalam Fermentasi Perut Luwak. Kopi yang dihasilkan ini diklaim setara memelihara 7500 Ekor Luwak. Sebab, 1 Ekor Luwak hanya mampu menghasilkan 100 Gram Kopi. Sedangkan mesin Ohmic mampu menghasilkan 75 Kilogram. 

Yusuf Rio Wahyu Prayogo Bupati Situbondo menyampaikan bahwa, dengan adanya tekhnologi ini semua orang dapat menjangkaunya untuk menikmatinya, mengingat Kopi Luwak familiar dengan harga yang cukup fantastis, bahkan diluar negeri bisa sampai melebihi harga 2 Juta Rupiah.

Ia menegaskan jika tekhnologi ini mampu memberikan dampak besar yang dapat berkelanjutan tentunya.

Sementara disisi lain. penemu tekhnologi ohmic ini profesor salengke menyampaikan. bahwa tekhnologi yang dibuatnya mampu mengolah 500 Kilogram, sehingga hitungannya dalam setiap hari dapat menghasilkan Kopi 70-80 Kilogram Kopi yang siap seduh.

Teknologi ini dikembangkan oleh Univeristas Hasanudin sejak Dua Tahun silam untuk petani koperasi merah putih Desa Baderan Sumbermalang. mereka mengklaim kualitas rasa kopinya bernilai Grade 87 atau lebih tinggi dari Kopi Luwak yang hanya di Angka 85.

Pemerintah pun berharap Kopi Argopuro dengan produktivitas 32 Ton per hari selama 4 Bulan bisa diolah menjadi Kopi bernilai tinggi. selama ini Kopi Petani hanya dijual greenbean atau biji basah ke Wilayah Bondowoso dengan Harga 50 hingga 70 Ribu per Kilogramnya.

Dengan pengolahan Ohmic ini Biji Kopi mereka menjadi Kopi Luwak dihargai 150 hingga 175 Ribu Rupiah per Kilogram. Hasilnya pun sudah dipesan pasar dalam hingga luar negeri.

KHAIRUL RAHMAN | NTV | SITUBONDO JAWA TIMUR