Tercatat untuk kualitas wahid, harga cabai besar berkisar 4000 rupiah di tingkat Petani. Sedangkan kualitas biasa harga juanyal berkisar di angka 3.500 rupiah saja perkilogramnya. Dengan harga tersebut, tentu saja cukup membuat Petani kelimpungan.
Dengan kondisi seperti ini Petani tak hanya tercekik, karena ancaman gulung tikar juga sudah ada didepan mata. Jika terus bertahan, petani harus bersiap siap menggulung modal mereka menjadi hutang.
Hancurnya harga cabai besar ini seperti yang disampaikan Agus Waji, Petani Cabai asal Dusun Sidorejo, Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran. Harga cabe besar di awal bulan Oktober 2024 ini, merupakan harga paling rendah selama lima tahun terakhir.
Agus mengaku, saat ini ia memiliki dua hektare lahan cabai yang sudah memasuki masa panen. Untuk biaya perawatan hingga masa panen lahan seluas itu, ditaksir mencapai sekitar 250 juta. Apabila dikalkulasi dengan harga panen saat ini, nominalnya tak akan cukup untuk menutup bea beban produksi.
Beban Agus makin bertambah karena kualitas cabai siap panen miliknya menurun, akibat cuaca ekstrem. Secara logika, seharusnya untuk lahan seluas dua hektare itu, idealnya hasil panen awal yang diperoleh kurang lebih dua kuintal. Tapi karena cuaca ekstrem, menyebabkan sejumlah gejala penyakit pada cabai turut mempengaruhi hasil panen yang didapatkan.
Agus menambahkan, untuk bisa mengembalikan modal saja dibutuhkan harga jual di kisaran 10.000 rupiah sampai dengan 15.000 rupiah per kilogramnya. Jika berada dibawah harga tersebut, dipastikan modal tak akan kembali.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (DISKOP-UMP) Kabupaten Banyuwangi, Nanin Oktavianti, dalam keterangannya menyatakan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Pangan mengenai anjloknya harga cabai saat ini.
Dari sejumlah informasi yang dihimpun, turunnya harga cabai dikarenakan secara kwalitas dan kwantitas produktivitas cabai besar sangat baik, akan tetapi permintaan pasar tetap.